

Ini 5 Persiapan Nonton Konser Musik agar Tubuh Tetap Fit
Masih banyak konser yang akan berlangsung selama 2023 ini. Berikut
Eko tidak pernah terbesit untuk meninggalkan Dian Syarief, istrinya yang terkena penyakit lupus. Mereka masih bersama sampai sekarang.
Tahun 1999 menjadi titik balik kehidupan bagi Dian Syarief. Dia divonis menderita lupus. Di kalangan wartawan ekonomi dan perbankan, sosok Dian cukuplah dikenal. Jabatan sebagai PR Manager di salah satu bank swasta saat itu membuat hubungannya dengan para jurnalis cukup intens. Apalagi di tengah hantaman krisis perbankan di pertengahan 1998–1999.
Di tengah kariernya yang sedang naik, tak ayal penyakit tersebut membuat Dian terpukul. Apalagi, sampai menginjak usia 34 tahun saat itu dia tidak pernah mengalami sakit yang berat. Alumnus Jurusan Farmasi di Institut Teknologi Bandung ini pun cukup rajin mengecek kondisi kesehatannya.
Gejala lupus ‘datang’ tanpa ia duga, berupa munculnya ruam merah di kulit. Awalnya, ia tidak memedulikan karena menganggap hal itu sebagai penyakit kulit biasa. Namun serangkaian gejala lain yang ia rasakan kemudian dan pemeriksaan darah serta sumsum tulang belakang menunjukkan bahwa ia mengidap lupus. Akibat lupus yang dideritanya, Dian harus menjalani enam kali bedah otak secara beruntun. Dia pun harus hidup ketergantungan dengan obat dan mengkonsumsi puluhan obat setiap harinya.
Lupus atau systemic lupus erythematosus merupakan penyakit autoimun yang menyerang sistem daya tahan. Tubuh penderita lupus menghasilkan antibodi berlebihan yang menyerang sel atau organ tubuh sendiri. Padahal seharusnya antibodi melawan bakteri atau virus di tubuh.
Cobaan untuk Dian tidak terhenti sampai di situ. Pelbagai pengobatan dan operasi yang dilakoninya menimbulkan komplikasi. Perlahan-lahan penglihatannya menurun, bahkan nyaris hilang. Matanya sempat hanya berfungsi 5 persen.
Setelah mata, fungsi reproduksinya terkena dampak obat steroid yang dikonsumsi Dian untuk melawan penyakit lupus. Penggunaan obat ini telah mengganggu keseimbangan hormon yang kemudian menyebabkan siklus menstruasi yang tidak teratur, penebalan dinding rahim, serta perdarahan hebat. Walhasil, Dian terpaksa menjalani operasi angkat rahim pada Januari 2004.
Musibah yang seakan-akan bertubi-tubi menderanya memicu Dian untuk berpikir, apakah dia masih layak sebagai seorang istri. Tubuhnya yang diserang penyakit, mata yang sudah tidak berfungsi normal, dan pengangkatan rahim yang membuatnya tidak bisa menghasilkan keturunan, membuat Dian memberanikan diri menanyakan ke suaminya, Eko Priyo Pratomo, apakah dia tidak ingin menikah lagi.
“Saya tidak boleh egois. Saya harus memikirkan kebahagiaannya (Eko),” kata Dian beralasan.
Tapi jawaban mengejutkan datang dari suaminya. Jika orang lain mungkin bakal meninggalkan Dian untuk mencari istri baru, lain halnya dengan Eko. Mendengar pertanyaan Dian, Eko mengatakan, “Kamu ada-ada saja.” Eko menegaskan tidak pernah sekalipun terbersit di benaknya untuk meninggalkan istrinya.
Menurut Eko, sejak mengucapkan sumpah pernikahan, dia sudah berjanji untuk menjaga Dian dalam keadaan apa pun. Entah saat suka, maupun duka. “Saya rasa itu inti pernikahan,” kata dia.
Dian memberanikan diri menanyakan ke suaminya, Eko Priyo Pratomo, apakah dia tidak ingin menikah lagi.
Bahkan, Eko mengaku banyak belajar dari Dian ketika istrinya tersebut didera penyakit. Di antaranya, Dian mengajarkan Eko arti ketabahan. “Dia tidak pernah memaki Tuhan meski kondisinya seperti itu,” kata Eko.
Eko yang sempat menjadi presiden direktur sebuah perusahaan pengelolaan investasi tersebut juga belajar empati. “Saya lihat betul, ketika timbul abses atau kumpulan nanah pada otak, dia mengalami kesakitan yang luar biasa. Saya yakin kalau saya di posisi dia, saya pasti perlu dukungan. Sehingga saya mencoba memposisikan, kalau saya sakit pun, saya membutuhkan dukungan dia,” kata Eko.
Dian merasa beruntung memiliki suami seperti Eko. Kata-kata menghibur kerap muncul dari Eko untuk menyemangati Dian. “Sakitmu ini adalah penggugur dosa-dosamu,” kata Eko kepada Dian.
Begitu pula saat Dian selesai operasi pengangkatan rahim. Bagi Dian, operasi tersebut sangat membuatnya terpukul. Sebab, mereka sedang dalam program menghasilkan keturunan. Tapi ucapan Eko kembali membuat Dian terhibur. “Mas Eko malah bercanda, ‘Selamat ya, hari ini kamu telah melahirkan si uterina (rahim, red)’,” kata Dian menirukan Eko setelah operasi pengangkatan rahim. Ungkapan-ungkapan yang dilontarkan Eko itu cukup membuat hati Dian terhibur. “Kalau saja tujuan utama kami menikah hanya untuk mendapat keturunan, mungkin sekarang kami sudah bubar,” tegas Dian.
“Wajar kalau setiap pasangan ingin memiliki keturunan. Saat Dian divonis sakit, kami sebenarnya sedang dalam proses ikhtiar untuk mendapatkan keturunan. Tapi, akhirnya Dian sendiri sakit dan kondisinya seperti itu. Maka konsentrasi saya pun lebih terfokus untuk merawat Dian. Jadi, saya pikir, mungkin Allah tidak memberikan kami keturunan karena Allah punya ujian yang lain,” ucap Eko.
Penyakit yang diderita Dian juga membuat kualitas hubungan suami-istri ini makin baik. Tidak seperti sebelumnya ketika sibuk mengejar urusan karier, kini mereka punya waktu lebih banyak bersama-sama.
Di tengah perjalanan menghadapi lupus, Eko dan Dian memutuskan untuk membuat Syamsi Dhuha Foundation (SDF). Lembaga non-profit tersebut didirikan untuk mengedukasi dan mensosialisasikan kepada masyarakat soal penyakit lupus dan penurunan kemampuan penglihatan.
Dian dan Eko berharap edukasi penyakit lupus bisa meluas ke seluruh pelosok Indonesia. Sebab, masih banyak orang yang menganggap lupus adalah penyakit menular. Akibat anggapan tersebut, banyak orang mengasingkan penderita lupus. Dia juga berharap para penderita lupus tidak patah arang.
Dian menilai, baterai kehidupan ada di jiwa, bukan di fisik. Jika baterai redup, maka hidup menjadi tidak bermakna, walaupun fisik masih segar bugar. “Saya hanya ingin kegiatan di Syamsi Duha menjadi ladang amal bagi saya, suami saya, dan semuanya,” ujar Dian sekarang juga aktif sebagai pembicara di berbagai acara seminar.
Pada ulang tahun pernikahan ke-15, Eko memberikan kado yang membuat Dian sangat bahagia. Eko menghadiahkan Dian buku “Miracle of Love: Dari Lupus Menuju Tuhan”. Buku tersebut khusus ditulis Eko untuk Dian dan berisi puisi-puisi perjalanan cinta mereka berdua.
Di sampul belakang buku tersebut, Eko menumpahkan perasaan dan refleksinya terhadap musibah yang mereka hadapi. “Apa pun yang Tuhan berikan untuk hamba-Nya dalam setiap kejadian, ternyata selalu ada maksud baik-Nya, termasuk ujian dan “musibah” yang ditimpakan kepada kami berdua. Melalui sakitlah Tuhan hadir. Melalui sakit pula kami bisa merasakan keajaiban cinta, kasih sayang, dan kedekatan dengan-Nya.”
Masih banyak konser yang akan berlangsung selama 2023 ini. Berikut
Ini adalah rangkuman artikel versi Desktop. Buatlah sekitar 1-2 kalimat
Karena Lebaran sudah semakin dekat, berikut 7 ide hampers Lebaran
Bau mulut menjadi masalah yang timbul ketika sedang menjalankan ibadah
Sahur sangat penting saat berpuasa, maka kamu perlu mencari makanan
Keseringan begadang ternyata bisa membuat kamu merasa kesulitan untuk tidur
Tentang –
Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.
Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!
Tentang –
Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.
Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!