

Ini 5 Persiapan Nonton Konser Musik agar Tubuh Tetap Fit
Masih banyak konser yang akan berlangsung selama 2023 ini. Berikut
Pada era digital seperti saat ini, akses anak menggunakan internet tentu tak dapat dihindari. Sayangnya keamanan siber di Indonesia masih tergolong rendah sehingga rentan adanya kebocoran data pribadi dan memancing aksi kejahatan digital. Lalu, apa yang perlu diperhatikan agar anak tetap aman dalam berinternet?
Durasi baca: 5 menit
Salah satu ancaman terbesar kebocoran data pribadi adalah penyalahgunaannya yang kemudian dapat memicu kasus kriminal, seperti yang ditampilkan di film Searching yang dirilis pada 2018 lalu. Dengan mengambil sudut pandang ponsel cerdas dan layar komputer, film tersebut menceritakan seorang ayah yang berusaha menemukan anaknya yang berusia 16 tahun yang hilang. Sang ayah menduga anaknya diculik, hingga mengkhawatirkannya menjadi korban pembunuhan. Dia pun sampai meminta bantuan detektif untuk melakukan pencarian ini.
Meskipun memiliki ending dengan plot twist atau tidak diduga-duga, film bergenre thriller itu mampu menampilkan bagaimana seorang ayah yang cukup melek dengan internet, mengerahkan seluruh kemampuannya dalam menelusuri jejak digital putrinya.
Dari cerita tersebut bisa kita pelajari bahwa rekam jejak seseorang dengan mudah dapat ditelusuri, mulai dari kegiatan yang dilakukan, tempat-tempat yang pernah dikunjungi, sekolah atau alamat rumah, bahkan teman-temannya. Tak hanya itu, seseorang bisa dengan mudah membuat akun palsu menggunakan nama dan foto kita yang bisa dilacak di akun media sosial.
Baca Juga: Pentingnya Memilih Tontonan Si Kecil
Berdasarkan data UNICEF, pada 2018 setidaknya ada 30 juta anak dan remaja Indonesia mengakses internet. Data itu kemungkinan bertambah selama pandemi. Selain untuk keperluan sekolah online, berselancar di dunia maya juga sudah jadi kebiasaan anak-anak dan remaja selama di rumah. Baik untuk sekadar menonton layanan streaming, berjejaring lewat media sosial, hingga games online.
Tingginya kelekatan anak-anak dan remaja dengan dunia digital selama masa pandemi ini juga tercermin dari survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Berdasarkan surveinya, KPAI menemukan selain untuk pembelajaran online, sekitar 60% anak dan remaja cukup aktif menggunakan media sosial. Padahal media sosial merupakan sasaran empuk untuk kasus kejahatan digital.
Ya, kasus kebocoran data pribadi dan bahaya yang mengancam di baliknya memang bukan hanya cerita yang dibuat-buat oleh para penggarap film, tetapi memang banyak terjadi di dunia nyata. Bahkan anak-anak dan remaja sering kali menjadi sasaran kejahatan online dan ‘terjerat’ dampak negatif dari penggunaan internet yang tak bijak.
Sejumlah dampak negatif dari internet di antaranya adalah kecanduan, pornografi, cyberbully, pelanggaran privasi, predator online, hingga radikalisme seperti penculikan, perdagangan, hingga pembunuhan. Semuanya itu bisa diawali dari kasus kebocoran data pribadi.
Sepanjang Januari-April 2021, (KPAI) menemukan ada 35 kasus perdagangan dan eksploitasi anak dengan jumlah mencapai 234 anak. KPAI menyebutkan banyak korban yang masih berusia sekolah dasar dan anak remaja di rentang usia 12-17 tahun.
Masih banyaknya kasus kejahatan online yang terjadi ini salah satunya mencerminkan bahwa kondisi keamanan siber di Indonesia masih lemah, sehingga banyak orang yang bisa menyalahgunakan data-data yang tersebar atau bocor di dunia digital.
Berdasarkan data National Cyber Security Index (NCSI), Indonesia menempati peringkat 77 dari 160 negara di dunia soal keamanan siber nasional. Posisi itu berada di bawah negara tetangga lainnya seperti Malaysia yang berada di peringkat 22 dan Thailand di peringkat 32.
Terkait kasus kebocoran data pribadi, baru-baru ini sejumlah media juga memberitakan adanya dugaan kebocoran data KPAI yang dijual di situs gelap. Pengamat keamanan siber menilai kebocoran data ini bisa menjadi masalah serius dan memancing ‘predator online’ untuk menargetkan dan menyalahgunakan data pribadi anak-anak tersebut.
Untuk mengantisipasi dampak buruk dari penyalahgunaan dan kebocoran data pribadi secara online, peran orang tua sangat penting dalam kasus ini. Orang tua masih perlu untuk memantau anak-anak untuk bisa tetap berinternet dengan aman.
Namun, kita sebagai orang tua tak perlu panik dan langsung membatasi drastis penggunaan internet bagi anak-anak. Bagaimanapun juga kehadiran internet tetap membawa sejumlah manfaat bagi anak-anak. Nah, berikut ini beberapa hal yang perlu kamu perhatikan agar anak-anak bisa tetap menjelajah di dunia digital dengan aman:
Sejumlah media sosial seperti Facebook, Instagram, Youtube, Twitter, bahkan Google telah memberi batasan untuk orang yang ingin menggunakan layanannya, yaitu minimal berusia 13 tahun. Sebaiknya, orang tua pun mematuhi aturan tersebut. Kalaupun harus membuat akun karena tugas sekolah, maka orang tua perlu mengawasinya secara ketat. Pastikan anak tidak nekat membuat akun dengan memalsukan umurnya ataupun mengakses situs dan games yang tidak sesuai dengan usianya. Jangan sampai kita sebagai orang tua kecolongan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan penggunaan internet dan gadget pada anak-anak harus disesuaikan dengan usianya, yakni:
Kemenkominfo juga menegaskan bahwa keseimbangan kegiatan fisik dan penggunaan gadget tetap harus terjaga.
Dalam setiap laman internet dan penggunaan media sosial, biasanya penyedia platform memberikan panduan bagi orang tua (parents guide) untuk mendampingi anak-anaknya berselancar di dunia maya. Platform seperti YouTube dan Instagram juga sudah mulai menyediakan versi khusus untuk anak-anak dengan aturan sendiri. Sebaiknya para orang tua memahami parents guide yang diberikan sebelum mengizinkan anak-anak mengakses laman tersebut.
Orang tua perlu memberi tahu dan mengingatkan anak-anak akan informasi apa saja yang boleh dan tidak boleh disebar di media sosial. Ingatkan juga anak-anak untuk tidak memberitahukan data pribadi seperti nomor telepon, sekolah, dan alamat tempat tinggal mereka.
Tak hanya anak, terkadang kita sebagai orang tua pun lupa atau secara tak sadar menampilkan data pribadi di media sosial. Misalnya saat mengunggah foto anak yang ada logo seragam sekolah, menampilkan foto rumah lengkap dengan nomor dan jalannya, atau bahkan menuliskan nama lengkap anak di profil media sosial.
Dalam setiap media sosial pasti memiliki pengaturan privasi. Ajak anak untuk memahami pengaturan privasi ini.
Dengan adanya pengaturan privasi maka tidak semua orang bisa dengan mudah berteman dengan anak-anak anda, sehingga tak semua orang juga bisa melihat data, tulisan, atau foto yang anak-anak posting.
Selain hal-hal teknis di atas, orang tua juga perlu membangun komunikasi terbuka dengan anak, terutama dengan anak yang sudah beranjak remaja. Hal ini penting agar anak tetap nyaman bercerita apa pun terhadap orang tua.
Membangun komunikasi terbuka bisa dilakukan saat berbincang santai, bukan dalam momen serius sehingga anak justru merasa terintimidasi dan dicecar oleh orang tuanya. Tak ada salahnya juga untuk mendampingi anak saat mereka mengakses internet.
Saat ini, banyak juga anak, terutama remaja, yang membuat akun dengan nama palsu untuk sekadar menumpahkan unek-unek mereka di media sosial tanpa diketahui keluarga, terutama orang tua. Untuk itu, orang tua perlu benar-benar mengetahui akun media sosial yang mereka buat dan siapa saja teman-teman di jejaring sosialnya.
Selain memantau aktivitas pada akun anak-anak, kamu juga perlu memeriksa atau melihat kembali informasi apa saja yang kamu sebarkan di media sosial. Terkadang, karena kita terlalu senang, secara tak sadar kita bisa saja menyebarkan informasi tentang anak-anak di akun pribadi kita. Bahkan, terkadang kita sendiri juga yang membuat akun untuk anak-anak yang masih balita.
Baca Juga: Lindungi Si Kecil dari Bahaya Cyberbullying
Browsing di dunia maya memang bak pisau bermata dua. Jika bijak menggunakannya, kita bisa meraup banyak manfaat; seperti menambah wawasan, informasi, dan pelajaran. Namun, bagi yang tak berhati-hati, bisa saja terjerat pada hal-hal buruk yang telah disebutkan di atas.
Sebenarnya keamanan berinternet tak hanya berlaku bagi anak-anak, tetapi juga kita sebagai orang tua. Pahami segala konsekuensi yang ada. Jangan lupa untuk berdiskusi dan membuat kesepakatan dengan anak-anak terkait kegiatan berselancar di dunia maya ini. Hal tersebut dilakukan untuk bisa melindungi kita dari risiko kejahatan nyata yang bisa terjadi kapan pun dan di mana pun.
Agar bisa terus mendampingi anak-anak, jangan lupa juga untuk tetap menjaga kesehatan kita. Tak ada salahnya juga untuk memberi perlindungan ekstra bagi kesehatan kita dan keluarga dengan asuransi. Astra Life memiliki berbagai pilihan produk kesehatan yang menarik dan bisa kamu pilih sesuai dengan kebutuhanmu. Flexi Health salah satunya. Perlindungan kesehatan yang dapat dibeli online di ilovelife.co.id ini memiliki berbagai macam manfaat. Mulai dari perlindungan jiwa, santunan rawat inap, hingga manfaat perlindungan kesehatan tambahan lainnya yang menguntungkan.
Untuk mengetahui informasi lengkap Flexi Health atau melihat pilihan produk asuransi lainnya, kamu bisa langsung kunjungi laman ilovelife.co.id. Jangan lupa follow @astralifeid untuk update informasi soal kesehatan, keuangan, dan kehidupan. Urusah Sehat No Worries. #IGotYourBack.
Masih banyak konser yang akan berlangsung selama 2023 ini. Berikut
Ini adalah rangkuman artikel versi Desktop. Buatlah sekitar 1-2 kalimat
Karena Lebaran sudah semakin dekat, berikut 7 ide hampers Lebaran
Bau mulut menjadi masalah yang timbul ketika sedang menjalankan ibadah
Sahur sangat penting saat berpuasa, maka kamu perlu mencari makanan
Keseringan begadang ternyata bisa membuat kamu merasa kesulitan untuk tidur
Tentang –
Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.
Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!
Tentang –
Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.
Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!